Upacara adat Aceh ada banyak ragam yang bertahan di tengah-tengah masyarakat. Meski masih ada tradisi yang sudah mulai ditinggalkan dan hanya di daerah tertentu saja warga Aceh yang masih melaksanakannya.
Aceh dengan segala macam budayanya yang menarik untuk dibahas ternyata memiliki ritual upacara adat yang harus kita ketahui sebagai warga negara yang baik dan peduli dengan nusantara. Pada kali ini kita akan bahas satu persatu apa saja upacara adat di Tanah Rencong ini. Dari upacara untuk kelahiran anak sampai dengan upacara pernikahan dan kematian. Terlepas dari perdebatan pelaksanaannya, semua kebiasaan yang berlaku di Aceh sampai kini harus mendapat perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Apatah lagi saat ini Aceh sedang digalakkan jadi kota wisata Islami. Banyak turis berdatangan dari dalam dan luar negeri. Pihak agen travel pun tidak berhenti melakukan promosi paket wisata Aceh.
Bagi Anda yang sudah tahu apa saja upacara Aceh, maka informasi ini anggap saja untuk mengulang pelajaran. Anda dipersilahkan untuk sampaikan kritik atau saran terhadapnya. Namun jika Anda memang membutuhkan informasi ini, kami sangat ucapkan terima kasih karena Anda sudah bersedia untuk mendatangi dan membacanya. Usai membaca, jangan lupa share kepada teman – teman Anda. Beritahu kemereka bahwa Aceh memang luar biasa.
Baca: Kata Sedih Tentang Masalah Keluarga
Upacara Adat Aceh Disertai Makna dan Penjelasan
Baiklah, tanpa berlama lagi, berikut kita bahas satu persatu mengenai upacara adat Aceh yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber. Selamat menyimak!
1. Upacara Troen U Blang
Baca : Alat Pemanen Padi
2. Upacara Tulak Bala (Tolak Bala)
Tradisi Tolak Bala ini dilakukan atas dasar pandangan bahwa bulan Shafar adalah bulan panas dan banyak naasnya yang biasa membawa bahaya. Tradisi ini kerap dilakukan oleh masyarakat Aceh bagian Barat-Selatan khususnya masyarakat Aceh Barat Daya setiap satu tahun sekali.
Baca : 6 Keunikan Pakaian Adat Tradisional Aceh
3. Upacara Peutron Aneuk
Sekedar gambaran pelaksaannya, yaitu prosesi acara ini banyak melibatkan ritual-ritual simbolik, salah satunya yaitu bagian dimana sehelai kain direntangkan di atas kepala bayi, sebutir kelapa kemudian dibelah di atas kain. Kelapa yang telah dibelah akan diberikan kepada kedua belah pihak orang tuanya sebagai simbol dan juga harapan tetap terjadinya kerukunan di kedua belah pihak.
Pemahaman yang diyakini lainnya oleh masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ini, yaitu ada yang mengatakan bahwa tujuan pembelahan buah kelapa dimaksudkan agar si bayi tidak mudah takut dengan suara petir yang datang tiba – tiba.
Baca: Rental Mobil Banda Aceh
4. Upacara Samadiyah
Kegiatan Samadiyah bagi masyarakat Aceh merupakan tradisi doa bersama untuk orang yang baru meninggal dunia. Waktu pelaksanaan Samadiyah umumnya dilakukan selama tujuh malam berturut-turut usai kepergian almarhum/ah. Pasca kematian anggota keluarga, maka rumah duka tidak sepi. Masyarakat ramai datang untuk “menghibur” keluarga ahli musibah. Selain doa bersama, rangkaian acara juga diisi dengan zikir dan pembacaan surat Yasin.
5. Upacara Meugang
Pelaksanaan Meugang bagi masyarakat Aceh ialah tradisi paling menarik yang terjadi di Aceh yang sampai kini masih dilestarikan. Bagi yang penyuka daging sapi atau kambing (Baca : Aqiqah Medan), momen inilah yang tepat untuk melampiaskannya. Pada saat Meugang, rumah-rumah warga Aceh akan dipenuhi aroma masakan yang menggugah selera. Pada tradisi Meugang, daging yang telah dimasak akan dinikmati bersama keluarga dan kerabat serta dibagi-bagikan pada anak yatim/piatu dan kaum dhuafa. Dalam setahun, acara Meugang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sebanyak tiga kali, yakni masing-masing dua hari sebelum Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha.
Baca: Kata Bijak Menghadapi Masalah Keluarga
6. Upacara Ba Ranub Kong Haba
Saat hari H, datanglah serombongan orang tua dari pihak calon pengantin pria kepada pihak orang tua calon pengantin wanita untuk melaksanakan acara pertunangan. Kedatangan pihak pengantin pria biasanya tidak tangan kosong, melainkan mereka membawa sirih penguat ikatan (ranub kong haba), yaitu sirih lengkap dengan alat-alatnya dalam cerana, pisang talon (pisang raja dan wajib satu talam). Selain itu, juga dibawa benda mas satu atau dua mayam dengan ketentuan menurut adat.
Lalu bagaimana jika pernikahan tidak jadi dilaksanakan? Kalau ikatan ini putus disebabkan oleh pihak pria, tanda mas tersebut harus dikembalikan dua kali lipat. Pada upacara ini juga ditentukan hari dan bulan diadakannya pernikahan dan pulang pengantin.
Baca: Kata Buat Diri Sendiri Yang Lagi Sakit
7. Upacara Jeulame
Pada adat istiadat masyarakat Aceh, bicara mahar hanya dikenal berupa emas dan uang. Setiap daerah mempunyai kebiasaan berbeda terkait jumlah Maharnya. Pada bagian Barat Aceh mahar berupa emas yang diberikan sesuai kesepakatan, biasanya berjumlah antara belasan sampai puluhan macam. Dan sedangkan didaerah Timur, mahar yang diajukan dibawah belasan tapi menggunakan uang tambahan yaitu disebut “peng angoh” (peng-uang, angoh-hangus).
Tujuan dari kebiasaan diatas adalah untuk membantu pihak perempuan dalam menyelenggarkan pesta dan membeli isi kamar. Jumlah Mahar berdasarkan kebiasaan yang berlaku ditetapkan oleh pihak perempuan dan biasanya kakak beradik memiliki mahar yang terus naik atau minimal sama. Tetapi semua hal tentang mahar ini dapat berubah-ubah sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Masyarakat Aceh yang mayoritas beragam Islam sejatinya paham tentang ajarannya yang tidak memberatkan terkait mahar.
8. Upacara Idang dan Peuneuwoe
9. Upacara Troen U Laoet
Kebiasaan yang berlaku di masyarakat Aceh yang merupakan upacara hajat semacam kenduri yang dilakukan pada saat musim melaut. Bertujuan sebagai rasa syukur agar hasil ikan di laut melimpah. Kegiatan ini biasanya dilakukan bagi warga yang berprofesi sebagai nelayan dengan mengundang jiran tetangga untuk hadir. Atau untuk kepentingan bersama para nelayan, maka acara kenduri dilakukan secara bersama.
Tantangan dilaut zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang. Akibat serakahnya manusia, ada alat penangkap ikan di laut yang bernama pukat harimau, pukat grandong, pukat cencen dan sebagainya. Semua alat tersebut sangat merugikan para nelayan tradisional.
Baca : Alat Transportasi Laut
10. Upacara Peusijuk
Informasi tambahan terkait dengan tata cara pelaksanaan Peusijuek bisa Anda temukan dilaman internet. Namun pada kesempatan ini kami akan coba paparkan sedikit, pertama dengan menaburkan beras padi (breuh padee), kedua menaburkan air tepung tawar, ketiga menyunting nasi ketan (bu leukat) pada telinga sebelah kanan dan terakhir adalah pemberian uang (teumutuek).
Bahasa lain dari Peusijuk adalah Tepung Tawar bagi warga Medan Sumatera Utara (Sumut).
Baca : Rental Mobil Medan
Kami cukupkan sampai disini informasi tentang upacara adat Aceh, makna dan penjelasannya. Semoga apa yang disampaikan ini memberikan manfaat kepada para pembaca. Jika ada pertanyaan dan sejenisnya, jangan sungkan menuliskannya pada kolom komentar.
Bagi yang hendak ke Aceh, bisa rental mobil Aceh lho!
Lihat informasi lengkapnya disini
terima kasih infonya ya..